Jogja yang Dulu, Tak Seperti Jogja yang Sekarang

Photo of author

By Aldhi Fajar Maudhi

Sempat teringat saat 12 tahun lalu saat aku menapakkan kaki di kota Jogjakarta, dimana saat itu aku adalah hanya seorang polos yang baru lulus dari kehidupan bangku sekolah, yang ingin mencari kehidupan baru untuk merasakan betapa nyamannya Jogjakarta untuk menimba ilmu sebagai mahasiswa.

Tugu Jogja
Tugu Jogja Tahun 2008

Jogjakarta adalah sebuah kota dimana aku menemukan banyak lika-liku kehidupan yang sebenarnya, kehidupan mandiri dan jauh dari orang tua. Kebutuhan sehari-hari pun harus dikerjakan sendiri. Ini merupakan titik awal kehidupan seorang mahasiswa yang harus dihadapi beberapa tahun kedepan, saat hidup bersosial di tempat yang tak dapat dilupakan sampai sekarang. Ya, tempat terindah yang pernah kulalui selama 12 tahun, yaitu Jogjakarta Istimewa.

Di tahun 2006 menurutku, Jogja selalu menunjukkan pesona kenyamanan dan keistimewaan di setiap sudutnya. Suasana pagi hari yang identik dengan kesibukan para mahasiswa, kesibukan para penjual nasi gudeg, kesibukan bis kota yang lalu lalang, bahkan kesibukan warmindo (burjonan) dalam melayani para pelanggannya. Sungguh aku selalu terbawa suasana saat teringat kondisi seperti itu.

Banyak sekali kenangan-kenangan Jogja yang tak dapat dijumpai sekarang dibandingkan keadaan kota Jogja pada saat itu. Mungkin tak cukup tulisan ini mewakilkan perasaan kangen itu terhadap keadaan dan situasi Jogja saat itu. Hanya memori yang sekelebat datang dipikiranku, yang bisa mengobati kerinduan akan keadaan Jogja di tahun 2006.

Jogja, darimu ku menemukan rindu dan kenangan

12 tahun terakhir yang kurasakan, Jogja semakin berkembang di setiap sektor. Bisa dikatan kemajuan teknologi dan SDM juga mempengaruhi akan proses perubahan itu semua. Dengan dibalut budaya kental yang masih tetap melekat di kehidupan Jogja. Kehidupan masyarakat yang aman, nyaman, dan tenteram masih terlihat sampai sekarang. Lingkungan masyarakat yang selalu mengutamakan nilai kesopanan dan etika kehidupan masih ada sampai sekarang. Istimewa!

Bis kota yang nge-time mencari penumpang di area kampus UGM, hiruk pikuk mahasiswa yang mengantri rental komputer di sepanjang jalan kaliurang, tempat nongkrong yang belum se-hits sekarang, akan tetapi bisa begitu seru bila nongkrong bersama kawan sampai fajar tiba. Semua itu selalu terlintas di pikiranku bila mengingat kembali tentang Jogja 12 tahun lalu. hanya satu kata yang bisa mewakili itu semua. Kangen!

Bagaimana bila berbicara lebih spesifik tentang Jogja? Beberapa sudut kota Jogja memang mengalami perubahan, baik secara fisik maupun secara non fisik. Sempat aku mengingat sebagian kecil tentang segala hal yang dulu ada di Jogja tapi sekarang sudah mulai jarang, bahkan tidak ada sama sekali. Sepertinya aku akan merangkum beberapa point yang mungkin bisa mengobati rinduku kepada Jogja yang dulu.

Bis Kota Jogjakarta yang Legendaris

Di jaman keemasannya, bis kota di Jogja adalah salah satu sarana transportasi yang paling diminati. Berbagai pilihan trayek dari jalur 1 sampai jalur 10 selalu beroperasi setiap harinya dengan penumpang yang penuh. Kebanyakan adalah mahasiswa dan pelajar sekolah yang menggunakan jasa transportasi bis kota. Aku termasuk salah satu yang beruntung pernah menikmati sarana transportasi ini.

Bis Kota Jogja pada masanya
Bis Kota Jogja pada masanya. Sumber : flickr.com

Akan tetapi di pertengahan tahun 2017, bis kota ini mulai jarang terlihat di jalanan kota Jogja. Peremajaan menuju trans jogja menjadi salah satu penyebab utamanya. Mungkin para mantan supir bus kota Jogja banyak direkrut pemerintah untuk mengoperasikan Bis Trans Jogja. Memang lebih baik dan tertata, dan kisah bis kota Jogja 12 tahun lalu akan menjadi sebuah kenangan pada masa yang akan datang.

Bioskop Mataram, Bioskop yang Murah Meriah

Ada yang pernah ngalamin nonton di bioskop mataram? Yak, pada jamannya bioskop ini diincar oleh para pelajar dan mahasiswa kebanyakan. Dulu harga tiket di bioskop ini sekitar Rp.12.000 untuk hari minggu/hari libur, dan Rp.10.000 untuk hari biasa. Murah banget kan? Biskop mataram yang leendaris ini sempat tersebar isu bahwa banyak penularan virus HIV melalui jarum suntik yang dianam di kursi bioskop. Memang belum terbukti kebenarannya. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri, bioskop ini jaya pada masanya. Kangen sama Jogja ga?

Bioskop mataram jogja
Bioskop Mataram. Sumber: rumahdijual.com

Di tahun 2019 ini, banyak bermunculan bioskop yang nyaman dan baru pastinya. Seperti XXI, Cinema21, CGV, dll. Kebanyakan bioskop ini berada di Mall. Memang perubahan yang sangat drastis selama 12 tahun ini. Memang jaman sekarang lebih enak, akan tetapi cerita dan memori pada masa lalu tetap tersimpan di kenangan hidup ini.

Sunday Morning UGM

A: ” Ayolah sesuk nyanmor bro”. B: “halah koyok tangi wae, isuk-isuk tapi ya?”. A: “yoh aku tak tangi isuk, ampiri yo” B:”ah telek”. ( artinya translate ya sama org Jogja,hehehe). Sunday Morning UGM biasa orang Jogja menyebutnya Sunmor. Yaitu sebuah pasar kaget yang hanya ada pada hari minggu pagi dari jam 5 pagi sampai 12 siang. Letak Sunmor pada saat itu adalah di sepanjang jalan kampus UGM, dari mulai jalan olahraga, sampai depan Masjid Kampus UGM. Biasanya di GSP ( Grha Sabha Pramana) banyak mahasiswi cantik yang sedang lari pagi. Sungguh pemandangan yang sangat jarang. Tujuan ke Sunmor biasanya adalah ajang cuci mata dan tebar pesona.hahaha.

Sunmor UGM
Sunmor UGM. Sumber: o2zone.wordpress.com

Nah, tapi setelah beberapa tahun terkahir ini, kampus UGM memberikan kebijakan untuk merelokasi Sunmor ke Jl Lembah UGM. Memang lebih sempit. Akan tetapi meriahnya tidak kalah pada saat letak sunmor berada di utara bunderan Fakultas Hukum. Berubah? ya memang berubah, akan tetapi hanya berubah tempat tanpa mengurangi kesan seru dan cuci mata di Sunmor. Sepertinya aku sedikit bernostalgia saat mengingat para mahasiswa mengamen di sunmor hanya untuk cari uang tambahan jajan bulanan.

Ramainya Angkringan Kali Code

Masih ingatkah dengan Angkringan Kali Code? sebuah deretan angkringan yang terletak di sepanjang Jl Prau, Kotabaru, Jogja. Ramainya pada saat itu mengalahkan ramainya angkringan dimanapun. Apalagi jika pada hari minggu. Seperti biasa para mahasiswa dan pelajar memenuhi deretan bantaran kali code ini sambi menikmati syahdunya alunan lagu dari para musisi jalanan kota Jogja. Biasanya tempat ini ramai sampai pagi hari. Keadaan yang bikin kangen Jogja saat tahun 2006-2010. Angkringan Kali Code sempat menjadi icon pada masanya. Banyak juga cafe yang jaya pada masanya, seperti goeboex cafe, Papilon, Lincak Cafe, kedai 24 jam, Embassy, dll.

Angkringan Kali Code
Angkringan Kali Code. Sumber: traveling.maslatip.com

Sekarang? Angkringan kali code tidak seramai dulu, semenjak kali code rawan longsor akibat lahar dingin merapi. Terdapat sebagian pedagang yang bertahan di lokasi ini. Ya mungkin sebagai pelepas rindu, sesekali aku mengunjungi para pedagang jagung bakar sebentar saja menyantapnya sambil mengingat ramainya tempat ini pada masa lalu. tempat ini menjadi Saksi karena pernah menjadi sebuah sejarah, bahwa aku pernah nembak mantan pacar (sekarang jadi istriku) di tempat ini. Dan akhirnya diterima. hehehe.

Pasar Maling Jl Mangkubumi (Sarling)

Ini meruapkan salah satu tempat yang legendaris juga, pasalnya disini tempatnya cari barang bekas yang layak pakai tapi dengan harga miring. Orang biasa menyebutnya Pasar Maling/ Sarling, karena mereka beranggapan bahwa yang dijual disini adalah barang hasil maling. Memang agak sedikit negatif sih kesannya, hehe. Tapi dulu di sepanjang jalan Mangkubumi ini sangat ramai di setiap malam. Berbagai macam barang bekas ada di tempat ini.

Pasar Maling Jogja. Sumber: wartakonstruksi.com

Akan tetapi lagi dan lagi pasar ini harus direlokasi ke tempat yang lebih layak oleh pemerintah, yaitu pindah ke di Jl HOS Cokroaminoto Pekuncen. Di tempat yang baru ini lebih tertata rapi. Ramainya juga sama seperti saat sebelum direlokasi. Image Sarling yang dulu sangat menempel di jalan Mangkubumi perlahan pudar. Tempat yang sekarang lebih bagus dan lebih layak. Seketika aku teringat masa-masa mencari knalpot motor murah di Sarling jl Mangkubumi, sungguh memori yang tak terlupakan.

Cafe dan Lounge yang Hits pada Masanya

Dunia hiburan malam pun selalu menghiasi kota Jogja. Kehidupan malam ini memang banyak efek negatif, akan tetapi golongan menengah keatas dan eksekutif muda memilih jalan ini untuk sekedar menghabiskan masa muda sampai dini hari. Cafe hits pada masanya seperti TJ’s, Papilon, Jogja Jogja, Bunker Cafe, Liquid, Hugo’s, Embassy, hingga BOSHE VVIP Club. Tempat ini pasti menjadi tujuan para pecinta dunia malam.

Bunker Cafe pada Masanya. Sumber: yogyakarta.panduanwisata.id

Pada masanya, Jl Magelang adalah menjadi tujuan utama untuk sekedar menebar pesona kepada lawan jenisnya. Untuk yang tetap bertahan sampai sekarang mungkin hanya segenlintir. Tapi banyak juga bermunculan Loung dan club malam yang baru di 2019 ini. Sisi gelap Jogja senantiasa melengkapi kenangan masa lalu yang pernah muncul di benak kalian pastinya ya.

Warnet, Tempatnya Nongkrong Anak Muda

Warnet. satu tempat yang sepertinya sudah jarang ada di tahun 2019 ini. Pada jamannya sebelum muncul teknologi smartphone dan internet pun masih dial-up. Warnet paling banyak dicari oleh mahasiswa dan pelajar kota Jogja. Bahakan para pebisnis pun selalu mencari alternatif ini untuk melihat perkembangan ekonomi.

Sebut saja bimonet, jagonet, empirenet, genesisnet, vidinet, dan masih banyak lagi nama nama pesohor dan cikal bakal warnet di Jogja. Mirisnya jaman dahulu warnet biasa dijadikan sebagai tempat pacaran anak muda. Dan saat itu masih maraknya para part timer mencari kerja sebagai operator warnet hanya untuk ber-internet secara gratis, haha. ide bagus pada saat itu.

Empire Net. Sumber : yogyakarta.panduanwisata.id

Entah mengapa seiring berkembangnya teknologi, para pengusaha warnet banyak yang gulung tikar. Mungkin mereka membanting stir ke arah bisnis yang lebih mengikuti jaman. Di tahun 2019 ini memang masih ada warnet yang menyediakan layanan internet kencang, akan tetapi untuk jaman sekarang dibalut lebih modern seperti wifi area dan internet cafe. Jadi, siapa yang jaman dulu pernah YM-an, mirc, sama friendster-an di warnet?hehehe.

Suasana Malioboro

Malioboro dari jaman dulu sampai sekarang memang tidak banyak perubahan. Ramainya para pedagang kaki lima disaat hari libur, hingga anak-anak muda yang mempunyai berbagai hobi seperti fotografi, jalan-jalan, dan lainnya. Saat 12 tahun kemarin, Malioboro memang selalu ramai. Ada sedikit perubahan setelah ada proyek pendestrian malioboro oleh pemerintah. Ya memang proyek ini membuat jalan Malioboro menjadi lebih tampil cantik dibanding dahulu kala.

Malioboro Sebelum Pendestrian. Sumber: Dok Pribadi

Malioboro menjadi icon nya kota Jogja hingga sekarang, sempat teringat saat parkiran motor bisa bebas leluasa parkir di pinggiran jalan Malioboro. Saat itu banyak terdapat petugas parkir sesuai daerah kekuasaannya masing-masing. Tetapi pemerintah melakukan relokasi parkir ke tempat yang lebih layak ke Parkiran AbuBakar Ali. Tujuannya agar di Malioboro tidak begitu banyak lahan parkir yang bisa membuat macet, selain itu agar para pejalan kaki leluasa berjalan-jalan di Malioboro. Meskipun sekarang sudah tidak boleh parkir di Malioboro, akan tetapi pesona Malioboro masih terasa sama dengan saat dulu kala.

Kehidupan Jogja 2019, perubahan yang lebih baik.

Sebenarnya masih banyak hal yang ada pada kota Jogja zaman aku masih kuliah dan tidak ada pada tahun 2019 ini. Akan tetapi sepertinya terlalu panjang untuk diceritakan. Mungkin akan kubahas lagi di kesempatan lain hehe.

Jogja tahun 2019 ini sudah menjadi buruan para traveler dari berbagai penjuru nusantara, bahkan dunia. Jogja yang sekarang sudah banyak hotel dan penginapan baru yang bermunculan. Tidak seperti 12 tahun yang lalu, hotel dan penginapan agak jarang. Karena wisatawan dengan tujuan Jogja terus meningkat dari tahun ke tahun. Maka wajar hotel dan penginapan bermunculan dan menyediakan berbagai fasilitas yang memadai.

Aku berharap Jogja akan selalu menjadi kenangan terindah dalam hidup. Dengan berkembangnya Jogja maka secara tidak langsung akan meningkatkan perekonomian masyarakat Jogja. Ya, aku berharap itu semua selalu konsisten untuk beberapa tahun kedepan.

Terlalu banyak kenangan di Kota Jogja tercinta ini, mulai dari aku kuliah, kecanduan game online, dropout kuliah, kerja jaga warnet, kuliah lagi biaya sendiri, pacaran, kerja buat biaya kuliah, sampai nikah.

Timeline-nya mungkin seperti itu. Indah untuk diingat, tertawa saat mengingat, dan terlalu semangat untuk diceritakan kembali. Jogjaku yang sekarang semoga tetap lebih baik dan tetap menjadi istimewa. Karena disinilah aku menemukan kerasnya kehidupan, indahnya kisah cinta, dan aku menjadi saksi hidup berkembangnya Jogja yang sekarang mulai ramai dikunjungi para Wisatawan.

Silakan bagi para alumnus Jogja untuk bernostalgia melalui tulisan ini, Sebuah tulisan yang tiba-tiba tergugah untuk membahas Jogja dalam 12 tahun terakhir ini. Jika ada tambahan tentang Jogja pada masa lalu, aku tunggu di kolom komentar ya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya 🙂

5/5 - (1 vote)

87 thoughts on “Jogja yang Dulu, Tak Seperti Jogja yang Sekarang”

  1. Wah, ada yang menyebut-nyebut warnet! Itu jaman saya mahasiswa banget. Jaman orang mau main game online aja harus nongkrong di warnet. Sekarang, langsung main aja dari hape. Memang jaman selalu berubah, ya.

    • itulah mbak
      jaman emmang sudah berubah di 10 tahun terakhir,,
      kadang aku kangeb masa2 itu hehe

  2. belum rejeki dulu buat kuliah di jogya, tapi paling nggak jogya selalu jadi pertimbangan untuk sekedar refreshing
    apalagi yg udah bertaun2 tinggal di jogya meskipun awalnya karena keperluan study, pasti bikin kangen banget

    • iya mbak, apalagi klo misal udah kuliah di jogja,, trus pulang ke daerah.. bakal kangen banget balik ke suasana kuliah.. aku untung dptnya org jogja,, jd stay d jogja sampe sekarang hehe

  3. Jogja tetap istimewa,,,aku orang wonogiri belum pernah sekalipun berwisata ke jogja,,,ingin rasanya bermalam disana dan menelusuri kotanya,,,,yang saya lakukan cuma sebatas lewat menggunakan sepeda motor pada saat perjalanan mudik dari bandung huhu

    • Wah mas Eko aslinya bandung?
      aku juga dari sunda mas,, hehe
      somisili mana mas?
      jogja memang selalu menjadikan cerita yang ga akan dilupakan mas 😀

    • Jogja selalu menyisakan cerita dan kenangan mas,,
      aku aja malah jadi menetap dan jadi orang jogja malahan hahah

  4. Waduh gimana aku yang sejak lahir di Jogja ya. Huaa terlalu banyak kenangan. Semuanya indah. Aroma tanah sehabis hujannya. Taman bacaan di belakang SMP 5 yg lengkap bukunya, biaya pinjam cuma 100 apa 200 rupiah dlu, murah banget. Naik becak bareng temen segeng SMP buat nonton petualangan sherina atau AADC gitu (lupa =D), plg skolah pas SMA ngebasecamp di rumah temen sambil nunggu jam les mata pelajaran, nonton kakak kelas tanding basket di kridosono, wkkka. Tapi aku ga pernah ke cafe2 dunia malam tadi lho. Pernahnya ke WS yang hits pada zamannya=)

    • Sepertinya kalo tau AADC dan petualangan sherina kita satu zaman mbak hehe.tapi saat itu aku masih di Kuningan Jawa Barat. Belum ke Jogja.
      Jogja emang gabisa dilupain mbak. Inget dulu jajan angkringan itu pas awal kuliah masih 500/bungkus. Jadi saat itu aku ga takut kelaparan klo uang bulanan tinggal dikit hahaha.
      Waaa WS hahaha, sampe sekarang masih hits cuma yang beda harganya, lebih mencolot naik hahaha
      Aku juga ga nyangka, sekarang malah dapat istri asli Bantul. Ditakdirkan buat hidup bersosial di Jogja sepertinya hehe

  5. aku udah dua tahun ini tinggal di sekitar Jogja, lebih tepatnya di perbatasan magelang-jogja sih hehe
    iya banyak banget perubahannya
    tambah macet yang pasti
    saya malah jarang banget ke Kota Jogjanya mas
    seringnya lewat ring road bablas ke lempuyangan hehe
    awang2en macetnya

  6. Bandar Jogja memang tidak asing lagi untuk rakyat Malaysia.Cuma saya belum lagi untuk ke sana.

    in shaa Allah bila ada rezeki memang akan ke sana juga suatu hari nanti.

  7. sekarang bakul sarling lebih banyak jualan di sartir mas (Pasar sentir) parkiran beringharjo. Yang di kuncen mung dikit doang soale kebanyakan ga sanggup sewa kios. Saya dulu hampir tiap weekend berburu ‘harta karun’ di pasar sentir. hampir semua pedagang disaya kenal saya, hahaha

    • wah seru tuh mas, biasanya hunting apa mas? aku sih dulu biasanya klo d sarling berburu part vespa haha
      murah2 😀

    • jogja yg dulu memang nyaman, tapi teknologi dan jaman terus berkembang, mau ga mau kita harus ikut didalamnya meskipun sulit hehehe

  8. main ke jogja belum lengkap rasanya kalo belum ke malioboro..
    harus banget mampir ke malioboro untuk belanja #namanyajugacewek hehehe..

  9. Baca artikel ini jadi kayak flashback ya hehehe.. oh kali code riwayatmu kini hahaha kira kira sekarang masih ada tukang ngamen yang bisa request lagu gak ya terakhir ke Jogja itu tahun 2013 hehehe

    • wah pernah ke jogja atau pernah berdomisili mbak di jogja? sepertinya harus mengurangi kekangenan mbak dengan berkunjung ke jogja lagi hehe

  10. 1 hal yang saya suka di YK adalah makanannya murah meriah. Secara total biaya hidup jadi murah pula. Nah saya sebagai PNS merasa layak sekali dengan gaji PNS vs biaya hidup di sana.

    • wah, bang day emng domisili mana mas?
      iya jogja masih murah untuk urusan perut. apalagi mahasiswa , masih banyak warung indomie yg setia menemani mahasiswa hehe

    • kenangan itu memang menjadi sebuah cerita mas,, klo kangen jogja tinggal ceritain ke org2 bahwa jogja seperti apa hehe

  11. Saya ke sana kala kelas 3 SMP, Mas. Lupa pada tahun 1993 atau 1994. Suasananya masih tenang meski ramai. Kendartaan juga tak sebanayk di Bandung. Cuma, panasnya minta ampun. Saya tak betah, pikir jika malam akan dingin, eh, masih tetap panas. Orang Bandung mah belum tentu tahan panas. Dan jujur saya tak nyaman dengan cuacanya. He he.
    Pada yahun 2002 pernah bikin story dengan orang sana. Berharap dia jadi qowwam saya. Kala itu dia kerja jadi operator warnet dan saya cuma karyawati toko kecil yang kesepian serta ingin berhasil jadi penulis maka sering ke warnet sepulang kerja.
    Saya tak begitu punya banyak kenangan dengan kota itu meski berharap suatu saat kelak bisa menjelajahinya bareng anak dan suami.
    Kota selalu berubah sesuai bagaimana penghuninya. Ternyata Jogja punya sudut tempat yang unik.

    • Tapi mbak panasnya jogja itu sekarang malah wow banget , apalagi jam 12 teng,,
      wah ternyata mbak Rohyati punya cerita di balik jogja,, bisa dituangkan ke tulisan tuh mbak..
      aku nunggu itu seru kaykanya hhehe
      tahun 2002 aku masih sekolah, masih anak2 kayaknya mbak
      dan masih hidup bersosial di Kab Kuningan 🙂

  12. Bus Aspada, terminal lama brinharjo kalau tidak salah ya, cintaku pertama nyangkut di jogja. Ah jadi ingat sang mantan nih. Kalau malioboro, kenyanglah sudah.

    • yupp bus aspada mas, terminal laama klo dulu itu umbulharjo mas,, sekarang jadi XT square..
      hayu mas ke jogja kita mengenang masa2 lalu hehe

  13. Baru sekali ke jogja, tahun 2016 waktu ada kegiatan organisasi kampus. Memang sih, jogja istemiwa itu bukan sekedar kata2 doang. Kotanya nyaman, tenang, orangnya ramah2, terus terang ini tipe2 kota idaman saya. Pinginnya kalau ada peluang kerja yg bisa menetap di jogja

    • ayo mas menetap di jogja aja hehehe
      2016 brri bru 2 tahun kmren ya mas,
      jogja itu harus nyaman aman dan tenteram karena udh jadi iconnya hehe

  14. sepakat jika Jogja jaman dulu nggak sama dengan Jogja jaman sekarang, selain banyak perubahan yang signifikan, yang lebih nggak ngenakinnya adalah kalau jaman dulu mamang masih muda dan ganteng…kalau sekarang mah…ganteng juga sih….sedikit tapinya

  15. Sebelum ada istilah Jogja Istimewa (gau tau juga sebutan ini populernya kapan), daerah ini memang benar-benar bikin saya kangen, benar-benar sudah Istimewa banget. Pertama datang ke Jogja pada tahun 1999, waktu itu Jogja sangat natural banget, ga rame, banyak lahan buat main layangan waktu itu, jalan kaki dari Taman Siswa ke Malioboro sangat nyaman dan ga bising…
    Rumah oma saya dekat Taman Siswa itu mas… 🙂
    Warganya juga ramah amat ~ nongkrong di toko buku buat baca komik waktu itu dan main ding-dong adalah aktivitas saya tiap sore… Keren dah pokoknya Jogja ini… Sekarang anak-anak juga seneng datang ke kota ini…

    • klo dulu itu jargonnya jogja yaitu Jogja Never Ending Asia
      wahh udah lama banget ya mas tahun 1999 heheh
      aku belum ke jogja di tahun itu.
      pasti kehidupan dan suasananya tenang dan spei banget, dan enak buat belajar.
      wah dulu ada dingdong juga? sepertinya kita seangkatan hahahaha

  16. di tempat saya juga dulu pernah ada bioskop murah meriah harga tiketnya cuma 5 ribuan hehe, emang sih itu dulu lagipula yahh bioskop seadanya, filmnya kebanyakan horror semua, sekarang udh jadi gedung kosong, gk tau masih dipake atau tidak

    • film horor indonesia memang jaya pada zamannya hehe
      tapi ya termasuk bagus sih film horornya jaman dulu itu berbobot dan bikin takut hehehe
      ga cuma ngagetin aja

  17. Jogja memang istimewa, mulai dari kulinernya, tempat wisata dan hampir semuanya ada di Jogja. Berkunjung ke Jogja tak akan pernah ada bosannya. Tapi sayangnya saat ini kalau weekend Jogja macet parah.

    • Iya mas bukan cm weekend, sekarang pas pulng kerjaan pasti membludak apalagi d lampu merah huhu.
      Tp justru ini yg bkin kangen jogja, aku kl udh pulkam pasti kangen haha

  18. Masa lalu memang indah untuk dikenang. Sekian tahun lalu, beruntung masih bisa ketemu foto-foto masa itu Kang, membuat kenangan semakin tervisualisasi.

    Btw, itu lucu juga nama pasarnya Kang, Sarling. Hampir terpeleset saya pikir “Tarling”…hehehe

    Salam dari Sukabumi, Kang

    • iya mas pasti kangen jogja kann?hehehe
      sarling itu memang konotasi kang.
      karena dr mulut ke mulut. istilahnya itu pasar klithikan alias pasar abrang bekas hehehe
      makasih kang udah mampir ke saung bututku hehee

  19. sudah lama ga ke jogja.. kalau ke jogja cuma sebentar dan hanya tempat itu-itu aja yang dikunjungi ^^ belum pernah dateng ke lokasi foto di tulisan ini, kecuali Malioboro pastinya xD mungkin jogja yang dulu tak seperti jogja yang sekarang, tapi satu yang masih sama, ketenangannya, hihi..

    • Wah brrti harus direncanakan lagi ke jigja mbak 🙂
      Karena jogja harus lebuh diexplore. Banyak yg masih bagus apalagi wisata alam.
      Kalau malioboro pastinya selalu ramai setiap hari apalagi kl malam.hehe
      Makasih kunjungannya mbak Fera, salam kenal dr Jogja

  20. Haloo, mas Aldi 🙂 Waaaaah 1-5 Feb kemaren aku baruuu aja dari Jogja. Sempet fotoan juga di bawah tiang bertuliskan Jl. Malioboro hahahha padahl biasany ga kepikiran fotoan. Udah rapiiii, bersih trotoarnya jadi kita nyaman mau jalan, makan wedang ronde atau sate, dll. Btw itu beneran ya Pasar Maling menjual barang2 hasil curian? Serem juga ya hihihi.

    • halo mbak Fitrii,,
      wahhh cuma ke malioboro aja nih? banyak tempat lainnya yg harus dieksplore lho mbak hehehe
      iya dulu identiknya sama brang curin, tp Wallahualam anggap saja itu sebuah konotasi dr masyarakat eheheh

  21. Tahun lalu ke Yogya diajak diner sama temen di cafe yang instagrammable. Kaget pas buka menu harganya lebih mahal daripada cafe di Bandung. Hahaha. Mungkin stereotype Yogya murah juga udah mulai berubah ya.

    • Harga klo di tempat yg hits memang mbak, sepertinya menyesuaikan keadaan hehehe
      tapi klo angkringan dan lainnya masih tetap murah kok,,

  22. dulu waktu kuliah thn 2002 di ISI sewon
    semua rasanya serba mudah dan meriah…
    suasana maliooro yang begitu hiruk tapi khusuk dalam persahabatan
    andongnya ramah dan banyak ketiduran tapi asik
    pasar maling yang dulu saya beli hp langsung dua karena mabuk lihat hp yang sebenarnya saya sendiri gak tau mau buat apa… konyol memang tapi menggembirakan.
    angkringan yang nasinya dulu masih 300 dapat tempe dan telor dadar cincang tapi kencang makannya
    semua kawan yang sangat ramah dan sok perhatian tapi ngangenin
    ohhh jogja… bagaimana nasibmu sekarang?

    • Wahhh mas dinan ternyata lulusan ISI hehe
      skg domnisili dmn mas?
      harga hp di sarling lebih terjangkau, kekurangannya garansi cuma 3 jam ditempat hahaha aneh lan
      untuk harga sekarang udh mulai relatif sama dgn kota lain tapi masih lebih murah jogja sedikit mas,
      ayo mas ke jogja lagi nostalgia hehehe

  23. Wwwwwkkk … ceritanya mas Aldhi terlanjur benar-benar cinta mati kayak judul lagu itu, ya …, cinta Jogja banget.
    Tapi benar apa kata kamu, mas kalau Jogja itu suasananya betul ngangenin.
    Aku sejak SD dulu diajak ortu liburan ke Jogja, lalu mulai SMP sering nyelonong naik bis sendirian ke Jogja dan sampai sekarang ini ngga ada bosen2nya 😀

    Bioskop Mataram aku pernah beberapakali nonton disana.
    Sekarang bioskop jadul udah tergusur semuanya.
    Dulu waktu aku kecil, lihat komplek TVRi di jalan Magelang itu suasana sekitar jalannya jauh beda banget dengan sekarang. sampai2 gedung TVRI itu jadi patokan batas mulai memasuki Yogya.

    • Aku cinta Jogja banget mas, karena dari jogja aku bisa menemukan kerasnya kehiduapan(halah,, wkwkw)
      wah mas Himawan juga ternyata pernah nonton bioskop d MAtaram heheh
      ini legendaris banget mas, aku kangen masa2 itu:P

      • Kalo gitu bisa diibaratkan Jogja jadi rumah kedua buat mas Aldhi, ya :).
        Berarti sudah sekian lama di Yogya, fasih dong ya ngendiko basa Jawi ?.

        O, iya dari kesemua lokasi yang disebutkan diatas, ada satu lokasi lagi yang mungkin buat banyak orang bikin kangen .., itu mas .., lokasi lama pasar buku loak.
        Dulu lokasinya dekat banget benteng Vredeburg.

        • Sudah rumah dan domisili mas, istriku kan org bantul hehe
          jadi spertinya bakal menetap di jogja.kalau bahasa jawa bisa sedikit2 mas, cuma aku diajarkan oleh lingkungan sebaya, jadi bahasa jawanya agak kasar hehehe
          pasar buku loak kl ga salah namanya soping mas. aku dulu pas kuliah cari buku paket sering disitu. harganya miring memang, meskipun kondisi jauh dr kata buku yg baru hehehe

          • O, berarti saeutik2 bisa bicara Jawa nggih … karena udah cukup lama tinggal di Yogya.
            Karena aku juga cukup lama dulu tinggal di Jakarta dan Bogor, aku jadi paham bahasa Sunda meski ngga fasih ngucapinnya :).

            Iya, meski buku2 yang dijual di pasar loak itu udah lumayan ketinggalan jauh tahun penerbitannya, tapi murah dan lengkap juga ya …, juga bisa pengiritan hehehe ..

            • iya mas sakedik2 hehehe
              aku 12 tahun tinggal d jogja tapi bahasa jawaku kasar mas:)
              iya buku kl pas mahasiswa kan klo ga fotocopy ya cari yg murah, padahal kl fotocopy itu melanggar hukum hahaha :))
              wah mas Himawan pernah tinggal di bogor?

    • nikmat jogja mana lagi yg kau dustakan dan kapan pindah ke jogja lek, satu pertanyaan yg belum km jawab sampai skg hahaha

    • Jojga harus selalu istimewa dan nilai kesopanan harus selalu ada di setiap lapisan masyarakat
      jogja aman nyaman dan tenteram mas Insya Allah 🙂

Comments are closed.